Korban Trafficking Bertutur tentang "Penjualan Tubuhnya"
Tuesday, January 20, 2009 7:48 AM
Menolak Tamu Disiram Bir dan Dipukul, Dikatakan Anjing-Babi
Stn, 32, wanita Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek yang direkrut Rahmi alias Ngasirah, 50, untuk dijadikan pelacur di Jambi berkeluh tentang penderitaannya.
DWI SETIYAWAN, Tuban
MENJADI pelacur tidak pernah sedikit pun terbersit dalam benak Stn. Ditemui wartawan koran ini saat menunggu pemeriksaan penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di Mapolres Tuban, kemarin (19/1) dia terlihat tak mampu menghapus pengalaman terburuknya selama hidup, yakni menjadi pelacur. Stn mengatakan, begitu datang di warung Ngasirah, seorang tamunya terang-terangan mengajaknya tidur. Ajakan itu pun ditolaknya. Sebab, selama ini dia belum pernah tidur dengan pria lain kecuali suaminya.
Penolakan itulah yang jadi masalah. Samsul, suami Ngasirah sambil marah-marah mendatanginya. Setelah menyiram dengan bir, wajahnya lima kali ditempeleng hingga lebam. Mucikari itu juga mengumpat kalau hanya makan-tidur dan tidak menghasilkan apa-apa, itu sama halnya dengan anjing-babi. ''Dengan hati menjerit, saya akhirnya mau tidur dengan tamu itu,'' kata janda tanpa anak yang kemarin mengenakan baju dan jilbab merah muda.
Menurut Stn, di tanah rantau tersebut dirinya tak punya pilihan selain harus mengikuti kemauan mucikarinya. Selain tak punya sanak-keluarga, dia juga tak memiliki uang sepeser pun.
Sehari, dia rata-rata melayani dua pria hidung belang. Tarifnya, short time Rp 200 ribu dan Rp 400 ribu untuk tamu yang menginap. Selama setahun menjadi anak asuh Ngasirah, Stn tak pernah diberi uang jasa dari tamu yang menikmati tubuhnya tersebut. Seluruh pembayaran diterima induk semangnya tersebut.
Setiap kali meminta, Ngasirah selalu mencela bahwa uang hasil jerih-payahnya menjadi pelacur untuk melunasi hutang bapaknya. Seperti diberitakan, sebelum diajak berangkat ke Jambi, Ngasirah memberi uang Rp 1 juta kepada Darni, bapak Stn. Sembilan bulan kemudian, dia kembali memberi Rp 3 juta. Uang tersebut diberikan kepada Darni saat Ngasirah pulang kampung ke Kerek.
Seperti halnya pelacur pada umumnya, setiap tiga bulan sekali dia mendatangi rumah mantri kesehatan tak jauh dari kompleks pelacuran tersebut untuk suntik KB dan antibiotik. Karena tubuhnya adalah dagangan, mucikarinya juga menyuruhnya berhias semenarik mungkin. Di tempat pelacuran yang dikelola Ngasirah inilah, dia mulai mengenal blush on, kosmetik perona pipi. Kosmetik ini semula sama sekali tak dikenali wanita desa ini. Bahkan, obat dan jamu untuk alat vital wanita juga dikenalnya. ''Saya juga diajari menggoda tamu,'' tambah dia. Di rumah bordir Ngasirah, Stn hanya bekerja setahun. Setelah itu, dia pindah ke warung milik Pat. Di warung ini, dia juga tak bisa menolak saat dipekerjakan sebagai pelacur. Baru beberapa hari bekerja di warung ini, dia didatangi tukang pukul Ngasirah untuk meminta kalung emas yang dibelikannya sebagai imbalan setahun bekerja. ''Kalung itu katanya untuk melunasi sisa hutang bapak saya,'' kenang dia. Di warung Bu Pat, Stn hanya bertahan tiga bulan saja. Setelah itu, dia pindah lagi ke warung Ngasri dan menjadi pelacur. Di warung terakhir inilah, dia berhasil mengumpulkan uang untuk pulang ke Tuban. Sesampai di rumah, Stn melaporkan kasus penjualan dirinya ke Polsek Kerek. Laporan inilah yang kemudian disidik UPPA Satreskrim Polres Tuban. Berdasar laporan korban, Ngasirah ditangkap saat pulang kampung ke Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek. Tersangka yang ditahan terancam dijerat pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2997 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Dari laporan korban diperkirakan ada belasan wanita muda asal Tuban, terbanyak dari Kecamatan Kerek yang direkrut dan dibawa Ngasirah ke Jambi untuk jadi pelacur. Hampir semuanya masih berada di Jambi. Selama dipekerjakan di rumah bordir milik Ngasirah, mereka diisolir sehingga tak bisa berkomunikasi dengan keluarganya di Tuban. Karena itulah, tak satu pun keluarga wanita diberangkatkan tahu bawa mereka diperdagangkan tersangka.
Untuk merekrut wanita muda yang akan diperjualbelikan, Ngasiah menggunakan jasa makelar yang bertugas mencari.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar